WILUJENG SUMPING DI PERPUSTAKAAN MAN 2 CIAMIS, LUANGKAN WAKTU ANDA KEPERPUSTAKAAN ! SEJUTA MANFAAT AKAN KAMU DAPAT

Jumat, 14 Juni 2013

Identitas:
Judul: Sunset In Weh Island
Penulis:Aida M.A.
Penerbit: bentang belia

Sinopsis
 Aku hanya tahu matahari terbit di ufuk timur dan tenggelam di ujung barat.

Namun denganmu, bahkan kilau senja saja mampu meretas rindu.

Di antara desir angin di pulau Rubiah, pada tiap butir pasir di Pulau Weh.

Ada melodi rasa yang kau kirimkan pada setiap irama ombak.

Aku...

Kamu...

Dan cinta ini... Satu !
Identitas:
Judul:Sejarah Khadijah al-Kubro
Penerjemah:Sayid A.A.Razwy
Penerbit: Penerbit Lentera
Khadijah berasal dari golongan pembesar Mekkah. Menikah dengan Nabi Muhammad, ketika berumur 40 tahun, manakala Nabi Muhammad berumur 25 tahun. Ada yang mengatakan usianya saat itu tidak sampai 40 tahun, hanya sedikit lebih tua dari Nabi Muhammad. Khadijah merupakan wanita kaya dan terkenal. Khadijah bisa hidup mewah dengan hartanya sendiri. Meskipun memiliki kekayaan melimpah, Khadijah merasa kesepian hidup menyendiri tanpa suami, karena suami pertama dan keduanya telah meninggal. Beberapa sumber menyangkal bahwa Khadijah pernah menikah sebelum bertemu Nabi Muhammad.
Pada suatu hari, saat pagi buta, dengan penuh kegembiraan ia pergi ke rumah sepupunya, yaitu Waraqah bin Naufal. Ia berkata, “Tadi malam aku bermimpi sangat menakjubkan. Aku melihat matahari berputar-putar di atas kota Mekkah, lalu turun ke arah bumi. Ia semakin mendekat dan semakin mendekat. Aku terus memperhatikannya untuk melihat kemana ia turun. Ternyata ia turun dan memasuki rumahku. Cahayanya yang sangat agung itu membuatku tertegun. Lalu aku terbangun dari tidurku". Waraqah mengatakan, “Aku sampaikan berita gembira kepadamu, bahwa seorang lelaki agung dan mulia akan datang meminangmu. Ia memiliki kedudukan penting dan kemasyhuran yang semakin hari semakin meningkat". Tak lama kemudian Khadijah ditakdirkan menjadi isteri Nabi Muhammad.
Ketika Nabi Muhammad masih muda dan dikenal sebagai pemuda yang lurus dan jujur sehingga mendapat julukan Al-Amin, telah diperkenankan untuk ikut menjualkan barang dagangan Khadijah. Hal yang lebih banyak menarik perhatian Khadijah adalah kemuliaan jiwa Nabi Muhammad. Khadijah lah yang lebih dahulu mengajukan permohonan untuk meminang Beliau, yang pada saat itu bangsa Arab jahiliyah memiliki adat, pantang bagi seorang wanita untuk meminang pria dan semua itu terjadi dengan adanya usaha orang ketiga, yaitu Nafisah Binti Munyah dan peminangan dibuat melalui paman Muhammad yaitu Abu Thalib. Keluarga terdekat Khadijah tidak menyetujui rencana pernikahan ini. Namun Khadijah sudah tertarik oleh kejujuran, kebersihan dan sifat-sifat istimewa Beliau ini, sehingga ia tidak memedulikan segala kritikan dan kecaman dari keluarga dan kerabatnya.
Khadijah yang juga seorang yang cerdas, mengenai ketertarikannya kepada Nabi Muhammad mengatakan, “Jika segala kenikmatan hidup diserahkan kepadaku, dunia dan kekuasaan para raja Persia dan Romawi diberikan kepadaku, tetapi aku tidak hidup bersamamu, maka semua itu bagiku tak lebih berharga daripada sebelah sayap seekor nyamuk.
”Sewaktu malaikat turun membawa wahyu kepada Muhammad maka Khadijah adalah orang pertama yang mengakui kenabian suaminya, dan wanita pertama yang memeluk Islam. Sepanjang hidupnya bersama Nabi, Khadijah begitu setia menyertainya dalam setiap peristiwa suka dan duka. Setiap kali suaminya ke Gua Hira’, ia pasti menyiapkan semua perbekalan dan keperluannya. Seandainya Nabi Muhammad agak lama tidak pulang, Khadijah akan melihat untuk memastikan keselamatan suaminya. Sekiranya Nabi Muhammad khusyuk bermunajat, Khadijah tinggal di rumah dengan sabar sehingga Beliaau pulang. Apabila suaminya mengadu kesusahan serta berada dalam keadaan gelisah, beliau coba sekuat mungkin untuk mententram dan menghiburkan, sehingga suaminya benar-benar merasai tenang. Setiap ancaman dan penganiayaan dihadapi bersama. Allah mengkaruniakannya 3 orang anak, yaitu Qasim, Abdullah, dan Fatimah.

Dalam banyak kegiatan peribadatan nabi Muhammad, Khadijah pasti bersama dan membantunya, seperti menyediakan air untuk mengambil wudhu.Nabi Muhammad menyebut keistimewaan terpenting Khadijah dalam salah satu sabdanya, “Di saat semua orang mengusir dan menjauhiku, ia beriman kepadaku. Ketika semua orang mendustakan aku, ia meyakini kejujuranku. Sewaktu semua orang menyisihkanku, ia menyerahkan seluruh harta kekayaannya kepadaku.” Khadijah telah hidup bersama-sama Nabi Muhammad selama 24 tahun dan wafat dalam usia 64 tahun 6 bulan.
Identitas:
Judul: Ayahku (Bukan) Pembohong
Penulis:Tere - Liye
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Suatu hari, hiduplah seorang ayah dan anak yang bernama Dam. Dam adalah salah satu anak yang dibesarkan oleh cerita dongeng dan dengan mudah nya ia pun percaya dengan segala dongeng yang diceritakan Sang Ayah.

Sang Ayah menceritakan mulai dari tentang kedekatan nya dengan pemain sepakbola dengan nomor punggung sepuluh “El Capitano! El Prince”, surat menyurat dengan pemain bola tersebut, mendapat apel emas dari lembah bukhara, berteman baik dengan Si Raja Tidur.

Tetapi, suatu hari saat Dam bersekolah di Akademi Gajah, ia menemukan buku dongeng “Lembah Bukhara” di perpustakaan sekolah. Dam teringat pada cerita Sang Ayah. Akhirnya ia menyadari bahwa ia tertipu oleh Sang Ayah atas cerita yang diberikan. Dari sejak saat itu, Dam tidak mau mempercayai lagi cerita yang Sang Ayah berikan. Cukup baginya tertipu terus menerus. Akhirnya sejak itu, hubungan Dam dan Sang Yah mulai renggang.

Setelah bertahun-tahun kemudian, akhirnya Dam menikah dan dikaruniai dua anak laki-laki yang bernama Zas dan Qon. Dam berusaha menjauhkan anak-anaknya dari Sang Ayah agar tidak mendengarkan cerita bohong nya itu. Tetapi semua itu sulit, Sang Ayah memang pandai bercerita.

Sekarang Sang Ayah sudah tua, sudah memiliki dua cucu, tetapi Dam masih kesal dengan cerita-cerita bohong itu. Sang Ayah sudah tinggal bersama Dam selama 6 bulan, tetapi Dam masih tidak peduli dengan Sang Ayah. Hingga suatu hari Sang Ayah jatuh sakit. Dam mulai menyadari bahwa Sang Ayah membutuhkan nya. Dam pun menyesal selama ini sudah tidak peduli terhadap Sang Ayah.

Beberapa hari kemudian sejak jatuh sakit, akhirnya Sang Ayah meninggalkan Dam lebih cepat. Keesokan harinya, Sang Ayah pun dimakankan. Antrean pelayat mengulur panjang. Tak disangka Sang Pemain bola nomor sepuluh datang ke pemakaman Sang Ayah. Bukan hanya pemain no sepuluh saja yang datang, tetapi semua tokoh yang Sang Ayah ceritakan benar-benar datang. Bahkan Sang Kapten mengatakan bahwa ia sangat dekat dengan Sang Ayah, ia menyesal tidak pernah menemui Sang Ayah lagi setelah beberapa waktu. Saat itu akhirnya Dam mendapat kebenaran, bahwa Sang Ayah bukan pembohong.
Identitas:
Judul:Dinasti Umawiyah
Penerjemah: Iman Nurhidayat,Lc & Muhammad Khalil,Lc
Penerbit: Al-Kautsar

Dinasti Umayyah adalah dinasti pertama yang menguasai politik dalam Islam. Sebagai dinasti pertama, dinasti ini banyak membangun fondasi kepemerintahan. Dinasti ini juga merupakan dinasti yang sangat gencar memperluas wilayah kekuasaannya. 
Tidak dapat dipungkiri bahwa dinasti Umayyah yang pertamakali berdiri di Damasqus telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam perkembangan peradaban Islam, baik dalam bidang politik, ekonomi dan pendidikan.

Selain itu, yang menjadikan dinasti ini mempunyai peran penting dalam perkembangan peradaban Islam adalah pertukaran bentuk kepemerintahan khilafah yang tidak diwariskan kepada keturunan menjadi bentuk kerajaan yang tampuk kepemimpinan diwariskan kepada putra mahkota.
Identitas:
Judul:Harun Ar-Rasyid
Penulis:Dr.Syauqi Abu Khalil
Penerbit: Al-Kautsar

Sinopsis :
Imam Syafi’i bernama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Idris As- Syafi’i, lahir di Gaza, Palestina pada tahun 150 Hijriah (767-820 M) berasal dari keturunan bangsawan Qurays dan masih keluarga jauh Rasulullah S.A.W dari ayahnya, garis keturunannya bertemu di Abdul Manaf (kakek ketiga Rasulullah) dan dari ibunya masih merupakan cicit Ali bin Abi Thalib R.A. Semasa dalam kandungan, kedua orang tuanya meninggalkan Mekkah menuju Palestina, setibanya di Gaza, ayahnya jatuh sakit dan berpulang ke rahmatullah, kemudian beliau diasuh dan dibesarkan oleh ibunya dalam kondisi yang sangat prihatin dan seba kekurangan, pada usia 2 tahun, ia bersama ibunya kembali ke Mekkah dan di kota inilah Imam Syafi’i mendapat pengasuhan dari ibu dan keluarganya secara lebih intensif.
Saat berusia 9 tahun, beliau telah menghafal seluruh ayat Al-Qur’an dengan lancar bahkan beliau sempat 16 kali khatam Al-Qur’an dalam perjalanannya dari Mekkah menuju Madinah. Setahun kemudian, kitab Al Muwatha’ karangan Imam Malik yang berisikan 1.720 hadist pilihan juga dihafalnya di luar kepala, Imam Syafi’i juga menekuni bahasa dan sastra Arab di dusun badui Bani Hundail selama beberapa tahun, kemudian beliau kembali ke Mekkah dan belajar fiqh dari seorang ulama besar yang juga mufti kota Mekkah pada saat itu yaitu Imam Muslim bin Khalid Azzanni. Kecerdasannya inilah yang membuat dirinya dalam usia yang sangat muda (15 tahun) telah duduk di kursi mufti kota Mekkah, namun demikian Imam Syafi’i belum merasa puas menuntut ilmu karena semakin dalam beliau menekuni suatu ilmu, semakin banyak yang belum beliau mengerti, sehingga tidak mengherankan bila guru Imam Syafi’i begitu banyak jumlahnya sama dengan banyaknya para muridnya.

Meskipun Imam Syafi’i menguasai hampir seluruh disiplin ilmu, namun beliau lebih dikenal sebagai ahli hadist dan hukum karena inti pemikirannya terfokus pada dua cabang ilmu tersebut, pembelaannya yang besar terhadap sunnah Nabi sehingga beliau digelari Nasuru Sunnah (Pembela Sunnah Nabi). Dalam pandangannya, sunnah Nabi mempunyai kedudukan yang sangat tinggi, malah beberapa kalangan menyebutkan bahwa Imam Syafi’i menyetarakan kedudukan sunnah dengan Al Quran dalam kaitannya sebagai sumber hukum Islam, karena itu, menurut beliau setiap hukum yang ditetapkan oleh Rasulullah S.A.W pada hakekatnya merupakan hasil pemahaman yang diperoleh Nabi dari pemahamannya terhadap Al-Qur’an. Selain kedua sumber tersebut (Al-Qur’an dan Hadist), dalam mengambil suatu ketetapan hukum, Imam Syafi’i juga menggunakan Ijma’, Qiyas dan Istidlal (penalaran) sebagai dasar hukum Islam.

Berkaitan dengan bid’ah, Imam Syafi’i berpendapat bahwa bid’ah itu terbagi menjadi dua macam, yaitu bid’ah terpuji dan sesat, dikatakan terpuji jika bid’ah tersebut selaras dengan prinsip prinsip Al Quran dan Sunnah dan sebaliknya. dalam soal taklid, beliau selalu memberikan perhatian kepada murid muridnya agar tidak menerima begitu saja pendapat pendapat dan hasil ijtihadnya, beliau tidak senang murid muridnya bertaklid buta pada pendapat dan ijtihadnya, sebaliknya malah menyuruh untuk bersikap kritis dan berhati hati dalam menerima suatu pendapat, sebagaimana ungkapan beliau ” Inilah ijtihadku, apabila kalian menemukan ijtihad lain yang lebih baik dari ijtihadku maka ikutilah ijtihad tersebut “.
Identitas:
Judul:Harumnya Bidadari Bumi
Penulis: Fuad Abdurahman
Penerbit: Pustaka Hidayah

Sinopsis:
Wanita menempati peran yang sentral dalam suatu masyarakat. Jatuh-bangunnya suatu bangsa atau peradaban amat bergantung pada peran kaum wanitanya. Namun, amat sulit bagi anak-anak kita sekarang ini untuk menemukan figur wanita yang dapat dijadikan contoh dan teladan bagi kehidupannya. Mereka lebih mengenal "Idola" mereka dari kalangan selebritis ketimbang tokoh-tokoh wanita Muslimah di sepanjang sejarah. Hal ini menandakan bahwa sejarah Islam beserta para tokohnya telah mereka lupakan. Bertolak dari keprihatinan ini, saya selalu berusaha menampilkan kisah-kisah para tokoh Islam ketika saya mengajar AL-Quran dan Hadits. Dan dari pengalaman yang berulang tersebut, saya terdorong untuk menulis biografi singkat tentang wanita-wanita salehah sepanjang sejarah.

Buku ini, Harumnya Bidadari Bumi: Biografi Wanita Salehah, Sabar, dan Tegar Sepanjang Sejarah, bertujuan agar kaum muslimin lebih mengenal para figur atau tokoh wanita Islam dan selanjutnya bisa dijadikan teladan dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk  diri sendiri atau untuk diri sendiri atau untuk "diceritakan" kembali kepada anak di rumah atau kepada siswa-siswi di sekolah.

Sifat-sifat kesalehan seperti jujur, amanah, sabar, tegar, dermawan dan lain-lain, pada masyarakat kita sekarang ini, sudah luntur dan banyak dilupakan orang, kalau tidak disebut tidak ada sama sekali. Nilai-nilai ini bisa diajarkan kepada anak atau siswa tidak hanya dalam bentuk pelajaran yang disampaikan, tetapi, yang lebih penting, mengajarkan keteladanan kepada mereka semua. Nilai-nilai kesalehan tidak bisa dimiliki secara begitu saja, tapi merupakan hasil dari sebuah proses panjang yang melibatkan semua elemen, terutama keluarga.
Identitas:
Judul:Aisyah sang teladan kekasih Allah
Penulis:Syahid Ahmad Al Kasyaf
Penerbit:Al-Magfiroh

Berparas menawan, berakhlak mulia, kecerdasanya pun diatas rata – rata. Siapakah yang tidak ingin seperti dirinya? Ibunda Orang – orang mukmin, itulah gelar terhormat yang disandang oleh Aisyah Radhiallah, yang akan terus disandangnya hingga hari akhirat. Wanita yang mengaku muslimah seharusnya bangga memiliki bunda yang begitu membangga seperti dirinya. Dan memang sudah sepatutnyalah kita mengikuti jejak Sang Bunda dalam menempa diri menjadi wanita sholehah.
Identitas:
Judul:From Pesantren With Fun
Penulis:Irvan Aqila
Penerbit: Lingkar pena
Sinopsis:
The Cacingers adalah nama julukan santri-santri kamar Abdurahman bin Auf di Pondok Pesantren Modern Al-Mizan. Mereka adalah Badar, Oji, Guntur (yang biasa disingkat Bajigur), Itoy, Mahmud, Basri, Anewar, Asep, Yusuf, dan Faisal.

Dijuluki demikian karena memang ke-10 santri ini memiliki tubuh yang cungkring-cungkring bin kurus-kurus. Uniknya lagi mereka malah berkumpul di satu kamar. Kamar Abdurahman bin Auf.


Kehidupan pesantren itu tidak selamanya pahit, getir, dan terpenjara. Buktinya mereka bisa ceria dan bahagia di tengah semua kenangan kehidupan pesantren yang penuh akan selimut ilmu dan canda tawa. 
Identitas:
Judul:Pukat
Penulis:Tere-Liye
Penerbit: Republika


Ket:
Novel yang berkisah tentang dunia anak adalah termasuk karya yang tidak terlalu mudah dijumpai di pasaran. Penulis novel, Tere Liye, pun terdorong kuat untuk mengisi ruang kosong tersebut, sekaligus untuk memberikan pendidikan alternatif bagi anak-anak. Kali ini, Tere Liye hadir dengan novel terbaru berjudul ‘Pukat’.
Novel ini bercerita tentang anak-anak Mamak yang tinggal di kampung pedalaman. Dunia anak pun dikisahkannya penuh kepolosan. Dalam novel ini, dunia anak hadir apa adanya. Tidak ada cerita tentang masa remaja dalam novel ini.
Meski dibesarkan dalam kesederhanaan, keterbatasan, berbaur dengan kepolosan dan kenakalan, Mamak selalu menanamkan arti kerja-keras, kejujuran, harga diri serta perangai tidak tercela. Dan di sini, kasih sayang keluarga adalah segalanya.
Sebuah endorsement menarik pun disampaikan oleh aktivis dunia anak, Kak Seto. Di sampul belakang buku ini, Kak Seto mengungkapkan bahwa novel Tere Liye ini menggetarkan. “Dalam bahasa yang enak dan mengalir indah, ‘Pukat’ mengajak kita untuk memahami nilai-nilai kejujuran, persahabatan, dan kreativitas, yang dikemas dalam mewujudkan mimpinya,” tutur Kak Seto.
Identitas:
Judul:30 Hari Menggapai Kebahagiaan
Penulis:Marzuki Yahya
Penerbit: Al Maghfirah
sinopsis:
Kebahagiaan tidak terletak pada seberapa banyak harta yg kita miliki. kebahagiaan mutlak berasal dari dalam diri setiap manusia. karena memang sejak lahir manusia sudah dianugrahi kunci kebahagiaan itu, tinggal manusia sendiri berusaha untuk menemukan kunci tersebut lalu membukanya.